Prof. Rini Sekartini Tekankan Pentingnya Imunisasi untuk Anak

Prof. Rini Sekartini Tekankan Pentingnya Imunisasi untuk Anak

Pentingnya Imunisasi untuk Tumbuh Kembang Anak

Imunisasi merupakan salah satu langkah pencegahan yang sangat penting dalam menjaga kesehatan anak sejak dini. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. DR. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K) menegaskan bahwa imunisasi adalah kebutuhan dasar yang tidak boleh diabaikan oleh orang tua. Dengan imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuh anak dapat terbentuk secara optimal dan risiko infeksi bisa diminimalkan.

Manfaat Imunisasi yang Mendalam

Prof. Rini menjelaskan bahwa imunisasi berperan penting dalam mencegah berbagai penyakit berbahaya sejak dini. Anak yang menerima pemberian imunisasi sesuai usianya hingga 2 tahun akan memiliki perlindungan terhadap penyakit tertentu dan mencegah terjadinya komplikasi serius. Namun, jika anak tidak mendapatkan imunisasi, maka tubuhnya tidak memiliki kekebalan yang cukup, sehingga rentan terhadap berbagai penyakit.

“Imunisasi salah satu kebutuhan dasar anak yang wajib orang tua berikan pada anak. Sangat bermanfaat untuk melindungi dan mencegah anak terpapar oleh penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi,” ujarnya.

Reaksi Umum Setelah Imunisasi

Menurut Prof. Rini, reaksi tubuh yang normal setelah imunisasi campak yang diberikan pada usia 9 bulan terkadang dapat menimbulkan dampak yang disebut KIPI (kejadian ikutan pascaimunisasi), seperti demam yang tidak tinggi atau timbul ruam. Biasanya, reaksi ini ringan dan dapat diberikan obat penurun demam.

Namun, jika anak tidak mendapat imunisasi campak, maka risiko terkena penyakit campak menjadi lebih besar. Penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi serius seperti radang paru (pneumonia) atau radang otak (ensefalitis), bahkan memerlukan perawatan di rumah sakit.

Tidak Ada Kata Terlambat untuk Imunisasi

Prof. Rini menekankan bahwa jika ada keterlambatan pemberian imunisasi pada anak, tetap bisa diberikan. “Tidak ada kata terlambat untuk pemberian imunisasi. Bahkan bila sudah diberikan imunisasi pertama misalnya DPT 1 lalu terlambat lebih dari jadwalnya, tetap dapat diberikan imunisasi selanjutnya dan tidak diulang dari awal lagi,” tegas dia.

Masalah Cakupan Imunisasi di Indonesia

Sebelumnya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan bahwa pada tahun ini hanya empat provinsi yang cakupan imunisasinya lengkap. Sementara itu, sebanyak 13 provinsi dalam tiga tahun terakhir tidak mencapai target cakupan minimal yakni 90 persen.

Anggota Satgas Imunisasi IDAI, dr. Soedjatmiko, mengatakan bahwa kurangnya cakupan imunisasi tersebut berujung pada kejadian luar biasa campak dan rubella di 31 provinsi dan 181 kabupaten pada 2025, dengan total lebih dari 2.000 kasus.

Setiap tahunnya, lanjut dr Miko, 20-30 persen bayi dan balita Indonesia berisiko sakit berat hingga mengalami kecacatan, bahkan sampai meninggal, karena imunisasinya belum lengkap. Selain itu, hampir satu juta bayi Indonesia belum pernah mendapatkan imunisasi sama sekali.

“Padahal untuk bisa melindungi semua anak-anak itu minimal cakupan harus 90 persen, kalau bisa 95 persen. Artinya kalau ada 10 anak, sembilan semua imunisasinya lengkap,” katanya.

Langkah untuk Meningkatkan Cakupan Imunisasi

Untuk mencapai cakupan imunisasi yang optimal, diperlukan kesadaran dan partisipasi aktif dari orang tua serta pemerintah. Orang tua perlu memastikan jadwal imunisasi anak terpenuhi sesuai anjuran tenaga kesehatan. Selain itu, sosialisasi dan edukasi tentang manfaat imunisasi juga sangat penting agar masyarakat lebih memahami pentingnya vaksinasi.

Dengan kesadaran yang baik dan akses yang mudah, imunisasi dapat menjadi salah satu bentuk perlindungan terbaik bagi anak-anak.