Metamorfosis Plastik oleh Seniman ISI Yogyakarta
Seni dari Sampah Plastik
Di tangan dua seniman yang lulusan ISI Yogyakarta, sampah plastik bisa berubah menjadi bahan seni yang menarik. Proyek ini dimulai dari keinginan Ayu (46) dan Mutia (30) untuk menciptakan karya 3D tanpa membutuhkan biaya besar. Tahun 2016, proyek ini dimulai saat Mutia masih menempuh pendidikan di jurusan Seni Rupa di ISI Yogyakarta. Sementara itu, Ayu, yang juga lulusan ISI Yogyakarta jurusan Seni Lukis, sudah lebih dulu terjun sebagai seniman.
“Ayu ingin membuat karya seni yang tidak hanya berupa lukisan atau karya 2 dimensi,” kata Mutia saat diwawancarai Tribun Jogja. Ia menjelaskan bahwa mereka ingin menghindari pengeluaran yang terlalu besar, terutama karena budgetnya harus digunakan untuk keperluan kuliahnya sendiri.
Melalui proses brainstorming yang cukup panjang, akhirnya mereka memutuskan untuk bereksperimen dengan plastik bekas. “Waktu itu melihat plastik-plastik bekas kok warnanya lucu-lucu ya, sesederhana itu dan belum ada embel-embel lingkungan,” cerita Mutia tentang awal ide ini.

Mereka juga menyadari bahwa penggunaan plastik ini memungkinkan TacTic mencapai kondisi zero waste dengan modal yang minim. Dalam tiga tahun pertama sejak berdirinya grup ini, fokus utama adalah mengeksplorasi material plastik tersebut. Seiring berkembangnya komunitas dan kolaborasi proyek, Mutia mengaku perlu mempelajari isu-isu yang terkait dengan plastik dan sampah.
“Kami yang terlibat di TacTic ini juga jadinya harus dibekali ilmu tentang material yang dipakai dan sedikit-sedikit juga (ilmu) tentang sampah,” ujarnya. Mereka mulai terbuka dengan isu ekologi dan semakin prihatin saat mempelajari dampak limbah plastik terhadap ekologi daratan maupun laut.
Bergabungnya Lily Elserisa pada tahun 2019 membawa arah baru bagi TacTic. “Ini arahnya mau kemana, material kita udah pakai sampah plastik dan kita juga perempuan semua,” ujar Mutia menirukan ajakan Lily. Sejak itu, TacTic Plastic yang berbasis di Bantul, DIY ini mulai menegaskan keberadaannya sebagai kelompok seniman perempuan yang fokus mengangkat isu ekologi sekaligus eko-feminisme lewat karya mereka.
Menggerakkan Ekonomi Sirkular
Untuk kebutuhan material dalam jumlah besar, TacTic sering kali mendapat bahan dari salah satu bank sampah di daerah Kotagede, Yogyakarta. “Yang masuk ke kami berupa lembaran plastik yang sudah di press, dan selanjutnya kami tinggal eksekusi bentuk karyanya,” jelas Mutia. Ia menjelaskan bahwa para pengelola di bank sampah tersebut sangat antusias karena kerjasama seperti ini memberi penghasilan.
“Kalau kami belinya material mentah (plastik belum di press) itu dihargai sekitar 300 perak per-kilogramnya, sementara kalau sudah dipress itu bisa dihargai enam kali lipat,” tambahnya. Menurut Mutia, kerjasama dengan komunitas grassroot ini diharapkan dapat memberi pemasukan setidaknya untuk kas dan modal kegiatan komunitas tersebut.
TacTic Plastic melalui aktivitas Play with Waste aktif memberi pelatihan dan edukasi tentang pemanfaatan limbah plastik kresek. Mutia dan kawan-kawannya mengamati bahwa sering kali daur ulang plastik bekas di bank sampah maupun sekolah-sekolah hanya sebatas membuat kerajinan hiasan seperti bunga-bunga plastik yang sulit untuk dijual kembali.
Padahal, menurut Mutia, sampah plastik kresek yang ada di sekitar bisa bernilai jauh lebih tinggi jika tahu cara mendaur ulangnya.

Fokus dari pelatihan yang TacTic adakan yaitu mengajarkan cara sederhana daur ulang limbah plastik kresek untuk menghasilkan produk yang bernilai jual tinggi, seperti buku jurnal gantungan kunci, dan upcycle karya 2D. “Paling banyak mendaftar itu workshop bikin buku Jurnal,” ucap Mutia. Ia juga menambahkan bahwa banyak peserta workshop yang akhirnya membuat ulang buku jurnal untuk diperjual belikan.
Mutia mengaku tidak memberi batasan seperti harus melapor soal ide yang dipakai kembali. TacTic Plastic tidak menganggap para individu yang memakai ide mereka dan memperjual-belikan hasilnya sebagai kompetitor, melainkan kolaborator. “Jadi kami semacam bentuk community based yang tujuannya untuk edukasi dan menggerakan lebih banyak orang saja.” Justru, menurut Mutia, semakin banyak orang yang bisa mendaur ulang sampah plastik bahkan menjadikannya sebagai sumber pendapatan adalah hal yang baik dan sejalan dengan misi TacTic Plastic.
Gabung dalam percakapan